Jumat, 21 Mei 2010

KB IUD

2.1 Definisi

IUD adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur, yang dimasukkan
kedalam rongga rahim oleh seorang dokter/ bidan terlatih. (www.ayahbunda.com)

2.2 Penggolongan AKDR (dr. Hanafi Hartanto, 2004, hal : 204-205)

a. Un-medicated Devices = Inert Devices, First Generation Devices.

Misalnya

- Grafenberg ring

- Ota ring

- Margues coil

- Lippes Loop (dianggap sebagai IUD staandart)

- Saf-T-Coil

- Delta Loop: Modified Loop D

Penambahan benang chromic catgut pada lengan atas, terutama untuk insersi paost-partum

b. Medicated Devices = Bio-Active Devices, Second Generation Devices

1) Mengandung Logam :

- AKDR-Cu Generasi Pertama (First Generation Copper Devices)

v CuT-200 = Tatum-T

v Cu-7 = Gravigard

v MLCu-250

- AKDR-Cu Generasi Kedua (Second Generation Copper Devices)

v CuT-380A = ParaGard

v CuT-380Ag

v CuT-220C

v Nova-T = Novagard : mengandung Ag

v Delta-T : Modified CuT-220C

Penambahan benang chromic catgut pada lengan atas, terutama untuk insersi past partum

v MLCu-375

2) Mengandung Hormon : Progesterone atau Levonorgestrel

- Progestasert = Alza-T, dengan daya kerja 1 tahun

- LNG-20 : mengandung Levonorgestrel

2.3 Jenis-jenis AKDR (Sarwono Prawirohardjo. 2005. hal :557)




2.4 Cara Kerja (Prof. Dr. Abdul Bari Saifuddin, 2003, hal : MK-72 s/d 73)

a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke uba falopii

b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri

c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovom bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangikemampuan sperma untuk fertilisasi

d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus

2.5 Mekanisme Kerja IUD (dr. Hanafi Hartanto, 2004, hal : 205-206)

Mekanisme kerja yang pasti dari IUD beltun diketahui.

Ada beberapa mekanisme kerja IUD yang telah diajukan:

1. Timbulnya reaksi radang lokal yang non-spesifik di dalam ca-vum uteri sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.

Di samping itu, dengan munculnya lekosit PMN, makrofag, fo­reign body giant cells, sel mononuclear dan sel plasma yang dapat mengakibatkan lysis dari spermatozoa/ovum dan blastocyst.

2. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebab-kan terhambatnya implantasi.

3. Gangguan/terlepasnya blastocyst yang telah berimplantasi di dalam endometrium.

4. Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopii.

5. Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri.

6. Dari penelitian-penelitian terakhir, disangka bahwa IUD juga mencegah spermatozoa membuahi sel telur (mencegah ferti-lisasi).

Ini terbukti dari penelitian di Chili:

Diambil ova dari 14 wanita pemakai IUD dan 20 wanita tanpa menggunakan kontrasepsi. Semua wanita telah melakukan sanggama sekitar waktu ovulasi.

Ternyata ova dari wanita akseptor IUD tidak ada yang menun­jukkan tanda-tanda fertilisasi maupun perkembangan embrionik normal; sedangkan setengah dari jumlah ova wanita yang tidak memakai kontrasepsi menunjukkan tanda-tanda fertilisasi dan perkembangan embrionik yang normal. Penelitian ini menunjukkan bahwa IUD antara lain bekerja dengan cara mencegah terjadinya fertilisasi.

7. Untuk IUD yang mengandung Cu:

a. Antagonisms kationic yang spesifik terhadap Zn yang terdapat dalam enzim carbonic anhydrase yaitu salah satu en-zim dalam traktus genitatia wanita, dimana Cu menghambat reaksi carbonic anhydrase sehingga tidak memungkinkan terjadinya implantasi; dan mungkin juga menghambat akti-vitas alkali phosphatase.

b. Menggganggu pengambilan estrogen endogenous oleh mucosa uterus.

c. Mengganggu jumlah DNA dalam sel endometrium.

d. Mengganggu metabolisme glikogen.

Penambahan Ag pada IUD yang mengandung Cu mempu-nyai maksud untuk mengurangi fragmentasi dari Cu se­hingga Cu lebih lama habisnya.

8. Untuk IUD yang mengandung honnon progesterone:

a. Gangguan proses pematangan proliferatif-sekretoir sehing­ga timbul penekanan terhadap endometrium dan tergang-gunya proses implantasi (endometrium tetap berada dalam fase decidual / progestational).

b. Lendir serviks yang menjadi lebih kental/tebal karena pengaruh progestin.

2.6 Keuntungan (Prof. Dr. Abdul Bari Saifuddin, 2003, hal : MK-73)

a. Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi.

Sangat efektif Æ 0,6 – 0,8 kehamilan / 100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan)

b. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.

c. Metode jangka panjang (10 tahun propteksi dari CuT-380A dana tidak perlu diganti).

d. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.

e. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

f. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil.

g. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A).

h. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.

i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi).

j. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun lebih setelah haid terakhir).

k. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

l. Membantu mencegah kehamilan ektopik.

2.7 Kerugian (Prof. Dr. Abdul Bari Saifuddin, 2003, hal : MK-73 s/d 74)

a. Efek samping yang umum terjadi :

- Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan).

- Haid lebih lama dan banyak.

- Perdarahan (spotting) antar menstruasi.

- Saat haid lebih sakit.

b. Komplikasi lain :

- Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari pemasangan.

- Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemi.

- Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar).

c. Tidak mencegahan IMS termasuk HIV / AIDS

d. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan.

e. Penyakit Radang Panggul terjadi sesudah perempuan deangan IMS memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas.

f. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan.

g. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan. Biasanya menghilang dalam 1 – 2 hari.

h. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri.

Petugas kesehatan terlatih yang harus melepaskan AKDR

i. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang segera sesudah melahirkan)

j. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal.

k. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian perrempuan tidak mau melakukan ini.

2.8 Yang Dapat Menggunakan IUD (Prof. Dr. Abdul Bari Saifuddin, 2003, hal : MK-73 s/d 74)

a. Usia reproduktif

b. Keadaan nulipara

c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang

d. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya

e. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi

f. Resiko rendah dari IMS

g. Tidak menghendaki metode hormonal

h. Tidak meyukai untuk mengingat – ingat minum pil setiap hari

i. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama (lihat kontrasepsi darurat)

Pada umumnya ibu dapat menggunakan IUD Cu dengan aman dan efektif

IUD dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan keadaan misalnya :

a) Perokok

b) Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan pabila tidak terlihat adanya infeksi

c) Sedang memakai antibiotika atau anti kejang

d) Gemuk ataupun yang kurus

e) Sedang menyusui

Begitu juga ibu dalam keadaan seperti dibawah ini dapat menggunakan IUD :

a) Penderita tumor jinak payudara

b) Penderita kanker payudara

c) Pusing – pusing, sakit kepala

d) Tekanan darah tinggi

e) Varises di tungkai atau di vulva

f) Penderita penyakit jantung (termasuk jantung katup dapat diberi antibiotika sebelum pemasangan IUD)

g) Pernah menderita stroke

h) Penderita diabetes

i) Penderita penyakit hati atau empedu

j) Malaria

k) Skistosomiasis (tanpa anemia)

l) Penyakit Tiroid

m) Epilepsi

n) Nonpelvik TBC

o) Setelah kehamilan ektopik

p) Setelah pembedahan pelvik

2.9 Yang Tidak Diperkenankan Menggunakan AKDR (Prof. Dr. Abdul Bari Saifuddin, 2003, hal : MK-75)

a. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)

b. Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi)

c. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)

d. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik

e. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri

f. Penyakit trofoblas yang ganas

g. Diketahui menderita TBC pelvik

h. Kanker alat genital

i. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

2.10 Penanganan efek samping yang umum dan permasalahan yang lain (Prof. Dr. Abdul Bari Saifuddin, 2003, hal : MK-76)

Efek Samping

Penanganan

Amenorea

Pastikan apakah sedang hamil, apabila tidak, jangan lepas AKDR, lakukan konseling dan selidiki penyebab amenorea apabila dikehendaki. Apabila hamil, jelaskan dan sarankan untuk melepas AKDR apabila talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu. Apabila benang tidak terlihat, atau kehamilan lebih dari 13 minggu, AKDR jangan dilepakan. Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan kehamilannya tanpa melepas AKDR, jelaskan adanya risiko kemungkinan terjadinya kegagalan kehamil­an dan infeksi serta perkembangan kehamilan harus lebih diamati dan diperhatikan.

Kejang

Pastikan dan tegaskan adanya PRP dan penyebab lain dari keke-jangan. Tanggulangi penyebabnya apabila ditemukan. Apabila tidak ditemukan penyebabnya beri analgesik untuk sedikit me-ringankan. Apabila klien mengajami kejang yang berat, lepaskan AKDR dan bantu klien menentuWan metode kontrasepsi yang lain.

Perdarahan vagina yang hebat dan tidak teratur

Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvik dan kehamilan ektopik. Apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan berkelanjutan serta perdarahan hebat, lakukan konseling dan pemantauan. Beri ibuprofen (800 mg, 3 x sehari selama 1 minggu) untuk mengurangi perdarahan dan berikan tablet besi (1 tablet setiap hari selama 1 sampai 3 bulan). AKDR memungkinkan dilepas apabila klien menghendaki. Apabila klien telah memakai AKDR selama lebih dari 3 bulan dan diketahui menderita anemi (Hb <7g%)>

Benang yang hilang

Pastikan adanya kehamilan atau tidak, Tanyakan apakah AKDR terlepas. Apabila tidak hamil dan AKDR tidak terlepas, berikan kondom. Periksa talinya di dalam saluran endoserviks dan kavum uteri (apabila memungkinkan adanya peralatan dan tenagaterlatih) setelah masa haid berikutnya. Apabila tidak ditemukan rujuklah ke dokter, lakukan X-ray atau pemeriksaan ultrasound. Apabila tidak hamil dan AKDR yang hitlang tidak ditemukan, pasanglah AKDR baru atau bantulah klien menentukan metode lain.

Adanya pengeluaran cairan dari vagina di curigai adanya PRP

Pastikan pemeriksaan untuk IMS. Lepaskan AKDR apabila ditemu­kan menderita atau sangat dicurigai menderita gonorhoe atau infeksi klamidial, lakukan pengobatan yang memadai. Bila PRP, obati dan lepas AKDR sesudah 48 jam. Apabila AKDR dikeluarkan, beri metode lain sampai masalahnya teratasi.

2.11 Waktu Penggunaan (Prof. Dr. Abdul Bari Saifuddin, 2003, hal : MK-77)

a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil

b. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid

c. Segera setelah melahirkan, selama 48 njam pertama atau setelah 4 minggu pascapersalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenore laktasi (MAL). Perlu diingat, angka ekspulsi tinggi pada pemasangan segera atau selama 48 jam pascapersalinan.

d. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi

e. Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi

2.12 Petunjuk Bagi Klien (Prof. Dr. Abdul Bari Saifuddin, 2003, hal : MK-77)

a. Kembali memeriksakan diri setelah 4 sampai 6 minggu pemasangan AKDR

b. Selama bulan pertama mempergunakan AKDR, periksalah benang AKDR secara rutin terutama setelah haid.

c. Setelah bulan pertma pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan benang setelah haid apabila mengalami :

Kram/kejang di perut bagian bawah.

- Perdarahan (spotting) di antara haid atau setelah senggama

- Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami tidak nyaman selama melakukan hubungan seksual.

d. Copper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat dilakukan lebih awal apabila diinginkan.

e. Kembali ke klinik apabila :

- Tidak dapat meraba benang AKDR

- Merasakan bagian yang keras dari AKDR

- AKDR terlepas

- Siklus terganggu/meleset

- Tertjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan

- Adanya infeksi

2.13 Informasi Umum (Prof. Dr. Abdul Bari Saifuddin, 2003, hal : MK-77)

a. AKDR bekerja langsung efektif segera setelah pemasangan

b. AKDR dapat keluar dari uterus secara spontan, khususnya selama beberapa bulan pertama.

c. Kemungkinan terjadi perdarahan atau spotting beberapa hari setelah pemasangan

d. Perdarahan menstruasi biasanya akan lebih lama dan lebih banyak

e. AKDR mungkin dilepas setiap saat atas kehendak klien

f. Jelaskan pada klien jenis AKDR apa yang digunakan, kapan akan dilepas dan berikan kartu tentang semuainformasi ini

g. AKDR tidak melindungi diri terhadap IMS termasuk virus AIDS. Apabila pasangannya berisiko, mereka harus menggunakan kondom seperti halnya AKDR

2.14 Langkah-langkah pemasangan AKDR Copper T 380A (Prof. Dr. Abdul Bari Saifuddin, 2003, hal : PK-4 s/d 7)

Langkah

Alasan

Uraian

Langkah 1

Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilakan klien mengajukan pertanyaan.

Hal ini membantu klien tenang dan memudahkan pemasangan serta mengurangi rasa sakit.

Hindari percakapan seperti "ini tidak sakit" pada saat mela-kukan langkah yang mungkin me-nimbulkan rasa sedikit sakit atau "hampir selesai" pada saat baru akan mulai memasang.

Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada beberapa langkah waktu pemasangan dan nanti akan diberitahu biia sampai pada langkah-langkah tersebut.

Hal ini untuk menambah kepercayaan dan percaya diri

Ajaklah klien bercakap-cakap se-panjang pemasangan.

Pastikan klien telah mengosongkan kandung kemihnya.

Hal ini akan membantu klien te­nang dan pemeriksaan panggul menjadi lebih mudah.


Langkah 2

Periksa genitalia eksterna.

Untuk memeriksa adanya ulkus, pembengkakan kelenjar getah bening (bubo)

Pakai sarung tangan. Setelah di-pakai sarung tangan harus didekontaminasi, cuci dan DTT atau sterilisasi.

Lakukan pemeriksaan spekulum.

Untuk memeriksa adanya pem­bengkakan kelenjar Bartolin dan kelenjar Skene.


Lakukan pemeriksaan panggul.

Untuk memeriksa adanya cairan vagina, servisitis dan pemeriksa­an mikroskopis bila diperlukan.

Untuk menentukan besar, posisi, konsistensi, dan mobilitas uterus.

Untuk memeriksa adanya nyeri goyang serviks dan tumor pada adneksa atau kuvum Douglasi.

Spekulum setelah dipakai harus didekontaminasi, cuci dan DTT atau sterilisasi.

Jangan dilakukan pemasangan

bila ada infeksi atau hamil.

Langkah 3

Lakukan pemeriksaan mikroskopik bila tersedia dan ada indikasi.

Untuk memeriksa adanya jamur, trikomonas, bakterial vaginosis (preparat basah Saline dan KOH serta

Untuk memeriksa adanya gonorea atau klamidia.

pemeriksaan pH).

Bila ada vaginistis harus diobati dulu sebelum dipasang AKDR.

Bila dicurigai gonorea (diplokokus gram negatif intraseluler) atau klamidia beri pengobatan (dan periksa kembali setelah selesai pengobatan). AKDR jangan dipasang.

Langkah 4

Masukkan lengan AKDR Copper T 308A di da-lam kemasan sterilnya.

Sarung tangan DTT atau steril tidak diperlukan bila memasuk-kan lengan AKDR di dalam kemasan sterilnya.

Jangan memasukkan lengan AKDR lebih dari 5 menit sebelum pemasangan, karena lengan AKDR tidak kembali seperti bentuk semula (lurus) setelah dipasang.

Langkah 5

Masukkan spekulum, dan usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik

Gunakan tenakulum un­tuk menjepit serviks.

Larutan antiseptik mencegah infeksi

Tanakulum untuk stabilisasi uterus dan mengurangi risiko perforasi.

Usap seluruh vagina dan serviks dengan larutan antiseptik (2 kali atau lebih). Pemberian anestesi lokal hanya bila diperlukan.

Pasang tenakulum secara hati-hali pada posisi vertika (jam 10 atau jam 2) jepit dengan pelan hanya pada satu tempat untuk mengurangi sakit.

Langkah 6

Masukkan sender uterus

Untuk menentukan posisi uterus dan kedalaman kavum uteri.

Memasukkan sonde sekali masuk (teknik tanpa sentuh) dimaksudkan untuk mengurangi risiko infeksi.X

Masukkan secara perlahan-lahan dan hati-hati

Jangan menyentuh,dinding vagina atau bibir spekulum, untut menghindari kontaminasi.

Langkah 7

Pasang AKDR Copper T 308A.

Atur letak leher biru pada tabung inserter sesuai dengan kedalaman kavum uteri. Hati-hati memasukkan tabung inserter sampai leher biru menyentuh fundus atau sam­pai terasa ada tahanan.

Lepas lengan AKDR dengan meng-gunakan teknik menarik (with­drawal technique). Tarik keluar pendorong.

Setelah lengan AKDR lepas, dorong secara perlahan-lahan tabung inserter ke dalam kavum uteri sampai leher biru menyentuh serviks.

Tarik keluar sebagian tabung inserter, sepotong benang AKDR kira-kira 3 - 4 cm panjangnya.

Cara lain, tarik keluar seluruh ta­bung inserter, jepit benang AKDR dengan menggunakan forsep kira-kira 3- 4 cm dari serviks dan potong benang AKDR pada tem­pat tersebut.

Jangan memaksa pemasangan bila terasa ada tahanan.

Pergunakan tenakulum untuk me-nahan saat melepas lengan AKDR.

Pastikan AKDR telah terpasang sampai di fundus.

Pastikan sisa benang AKDR yang telah terpotong masih berada di dalam tabung inserter, untuk me-mudahkan pembuangannya.

Mengurangi risiko AKDR tercabut keluar (kemungkinan benang terjepit pada gunting, bila guntingnya tumpul dan benang tidak terpotong dengan benar.

Langkah 8

Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum melepas sarung tangan.

Bersihkan permukaan yang terkontaminasi.

Memperkecil risiko penularan he­patitis B dan HIV/AIDS pada petugas.

Memperkecil risiko penularan he­patitis B dan HIV/AIDS pada petugas.

Taruh bahan-bahan habis pakai (kapas atau kasa) yang terkon­taminasi (darah atau cairan va­gina) ke dalam kantung plastik yang tidak bocor dan kemudian dibakar.

Jangan terlalu hemat memakai la­rutan klorin 0,5%

Langkah 9

Lakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung ta­ngan dengan segera setelah selesai dipakai.

Memperkecil risiko penularan he­patitis B dan HIV/AIDS pada petugas.

Rendam alat-alat dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit se­belum dicuci dan didisinfeksi.

Celupkan kedua tangan yang ma-sih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepas sarung tangan dengan membalik sehingga bagian dalam menjadi bagian luar dan rendam dalam larutan klorin tadi selama 10 menit.

Langkah 10

Ajarkan pada klien bagaimana memeriksa be-nang AKDR (dengan menggunakan model bila tersedia).

Minta klien menunggu klinik selama 15-30 menit setelah pema-angan AKDR.

Untuk mengurangi risiko kehamilan akibat AKDR yang hilang.

Untuk mengamati bilaterjadi rasa sakit yang amat sangat pada perut, mual atau muntah se­hingga mungkin AKDR perlu dicabut bila dengan analgesik ringan (aspirin atau ibuprofen) rasa sakit tersebut tidak hilang.

Bila secara pribadi dan budaya tidak menjadi masalah, klien dapat mempraktekkan cara merne­riksa benang tersebut.

Keadaan in walaupun jarang, bisa terjadi bila dipasang AKDR berkandungan tembaga dengan ukuran kecil dan pada perempuan yang sudah pernah melahirkan.

2.15 Alat dan Bahan IUD Coper T380A (Arif Mansjoer,dkk. 2001. hal : 358)

- IUD Coper T380A

- Sarung tangan 2 pasang

- Spekulum (cocor bebek)

- Cunam tampon

- Tenakulum

- Sonde Uterus

- Lampu sorot atau senter

- Gunting

- Kom berisi povidon iodin

- Kasa

- Klorin 0,5% (bayclin : air = 1 : 9) di dalam ember plastik dengan tutup

- Tempat sampah dengan plastik

2.16 Kemungkinan Kompilkasi Coper T380A (Ida Bagus Gde Manuaba. 1998. hal : 214)

  1. Dapat terjadi perforasi pada saat pemasangannya
  2. Menimbulkan keluhan wanita (terdapat keputihan yang berlebihan, kadang-kadang terjadi bercak berdarah)
  3. Perdarahan yang tidak teratur
  4. Perdarahan menstruasi lebih banyak
  5. Rasa nyeri saat menstruasi
  6. Badan kurus karena banyak mengeluarkan keputihan

2.17 Keuntungan memakai Coper T380A (Ida Bagus Gde Manuaba. 1998. hal : 214)

  1. Mempunyai toleransi tinggi, artinya hanya sedikit wanita yang mengeluh dan mendapatkan komplikasi.
  2. Kemampuan sebagai alat kontrasepsi tinggi, artinya kurang dari 1% dapat menjadi hamil.
  3. Kontrol medis yang ringan.

1 komentar:

  1. Coin Casino Review 2021 » Get 100 Free Spins
    Learn febcasino everything you need to know about Coin Casino before you play. Sign up and claim your 100 spins 인카지노 no deposit bonus. The site also gives deccasino

    BalasHapus